Wednesday, April 3, 2013

The Rum Diary


Resensi Film
The Rum Diary
oleh Giras Pasopati


Sutradara: Bruce Robinson
Penulis Naskah: Bruce Robinson, berdasarkan novel karya Hunter S. Thompson
Pemain: Johnny Depp, Giovanni Ribisi, Aaron Eckhart, Amber Heard
Tanggal Rilis: 28 Oktober 2011

“I wonder what it is you might think about our different worlds. He looked at me kinda sideways and said, "Human beings are the only creatures on Earth who claim a God, and the only living thing that behaves like it hasn't got one. Does the world belong to no one but you?" And when he said it, I was taken aback. Not because of who was doing the talking. Because I finally understood the connection between children scavenging for food, and shiny brass plates on the front doors of banks.”
Kalimat Paul Kemp dalam film The Rum Diary.

Film ini dibuka dengan scene yang nyentrik dan sedikit absurd. Awalnya adalah pesawat baling-baling yang terbang di indahnya langit Puerto Rico siang hari dan kemudian berganti setting menjadi kamar hotel yang berantakan. Paul Kemp (Johnny Depp) muncul dengan mata merah, rambut acak-acakan, dengan hanya mengenakan celana boxer.
Puerto Rico tahun 1960. Paul Kemp, seorang novelis Amerika berniat mencari peruntungan untuk menjadi seorang jurnalis di sebuah surat kabar bikinan konglomerasi Amerika di Puerto Rico, bernama The San Juan Star. Ekspektasinya akan jurnalisme yang adil dan berimbang terlalu besar untuk realitas yang ia alami selanjutnya di kota yang indah ini. Dari judul film kita dapat melihat bagaimana alkohol dapat menjadi salah satu garis sambung dalam berbagai pembentukan emosi dan visualisasi dalam beberapa adegan. “Rum” adalah salah satu minuman beralkohol yang lazim digunakan sebagai salah satu bahan perasa pada kue tart Black Forrest dan makanan lainnya.
Dalam perjalanannya Paul Kemp menjalin persahabatan dengan Sala (Michael Rispoli) seorang fotografer dan Moberg (Giovanni Ribisi) seorang jurnalis pemabuk yang terancam dipecat dari The San Juan Star karena melawan editornya dan suka mabuk-mabukan. Penokohan tokoh dalam film ini cukup menarik, Sala adalah fotografer yang mempunyai hobi sabung ayam untuk mendapat penghasilan tambahan. Moberg adalah seorang pengagum Hitler dan pemabuk kelas berat yang hobi meramu minuman berkadar alkohol amat tinggi.
Lalu semuanya perlahan berubah setelah Kemp bertemu dengan Sanderson (Aaron Eckhart), seorang konsultan public relation kaya Amerika. Senderson berusaha membujuk dan menjebak Kemp untuk menuliskan berita yang dapat menarik para investor untuk membangun kawasan pariwisata di Puerto Rico. Selain itu hal tersebut juga untuk memperlihatkan bahwa proyek yang dikerjakannya legal dan tidak memiliki masalah.
Pada awalnya Kemp terbawa arus dan rayuan dari Sanderson, apalagi ia juga tertarik dengan Chenault (Amber Heard) yang notabene kekasih Sanderson. Namun setelah seringkali pergi bersama Sala ke tempat-tempat masyarakat pribumi disana dan menyaksikan bagaimana kehidupan pribumi di Puerto Rico, Kemp sadar bahwa Senderson adalah seorang pebisnis jahat. Secara tidak langsung para pebisnis Amerika ini hendak menjadikan Puerto Rico sebagai ladang uang bagi mereka, mengklaim tanah yang memiliki prospek, dan melarang penduduk pribumi untuk memasuki tanah yang mereka klaim.
Dan pada akhirnya Kemp memutuskan untuk melawan Senderson dan bahkan editor The San Juan Star yang juga pro-kapitalisasi setelah melalui berbagai hal. Kecanduan akan alkohol juga menjadi cerita yang menarik dalam film ini, juga banyak adegan komedi lain yang membuat film ini tampak “segar”. Bagaimana Kemp bersama dua temannya Salad dan Moburg dalam kecanduannya bisa menemukan titik terang dalam masalahnya. Tentang kolonialisasi Amerika lewat kapitalisasi yang dilakukan para pebisnisnya yang datang ke Puerto Rico. Juga tentang bagaimana seorang jurnalis berpihak kepada yang tertindas dalam masalah ini walaupun media tempatnya bekerja menjadi salah satu bagian bagian dari konglomerasi tersebut. Di akhir cerita The San Juan Star ditutup, padahal Kemp berambisi untuk mencetak berita yang sebenarnya terjadi. Karena semua sudah terlambat, maka Kemp memutuskan untuk mengambil kapal Sanderson dan pulang kembali ke New York.
Sebenarnya proyek film ini telah dimulai sejak tahun 2006, namun karena macet dan tersendat akhirnya Johnny Depp turun tangan dan memproduseri film ini kemudian. Johnny Depp tertarik memproduseri film ini karena menyukai karya sang penulis novel, Hunter S. Thompson yang juga merupakan teman baiknya. Bruce Robinson, sang penulis naskah mungkin masih terdengar asing bagi orang yang awam dalam dunia perfilman. Namanya mulai menanjak setelah menulis naskah salah satu film tentang jurnalisme yang terkenal, The Killing Fields (1984) yang bercerita tentang kisah wartawan perang pada waktu perang Vietnam. Sedangkan Hunter S. Thompson sang penulis novel, adalah seorang jurnalis cum sastrawan senior di Amerika yang terkenal dengan aliran jurnalisme yang ia ciptakan sendiri secara tidak langsung, gonzo journalism. Ia adalah salah satu jurnalis Amerika yang mencetuskan gaya New Journalism bersama jurnalis kawakan lainnya seperti Tom Wolfe, Gay Talese, Truman Capote, dan lainnya.
Gonzo journalism sendiri adalah gaya jurnalisme yang ditulis tanpa klaim objektivitas, seringkali menempatkan wartawan sebagai bagian dari cerita melalui narasi sudut pandang orang pertama. Kata "gonzo" yang artinya mesum diyakini pertama kali digunakan pada tahun 1970 untuk menggambarkan sebuah artikel oleh Hunter S. Thompson, yang kemudian membuatnya populer dengan istilah tersebut. Istilah ini telah menjadi populer sejak diterapkan upaya pendekatan seni menulis berita yang subyektif.Karya-karya lain dari Thompson antara lain adalah Hell's Angels: The Strange and Terrible Saga of the Outlaw Motorcycle Gangs (1966), dan yang paling dikenal, Fear and Loathing in Las Vegas (1971).
Film ini menarik karena dapat memadukan beberapa scene yang ringan dan sarat komedi dengan scene lain yang berbobot dan sarat sarkasme ke dalam sebuah tema yang sebenarnya memiliki isi yang kuat dan politis. Banyak quotes atau kutipan yang menarik dan terkesan sarkas dalam film ini. Salah satunya yang diucapkan Moburg tentang Puerto Rico, “This country was built on genocide and slavery. We killed all the black guys over here and then we shipped in new black guys of our own. And then we brought in Jesus like a bar of soap.”

1 comment:

  1. What is a mobile casino? - JamBase
    A mobile 하남 출장안마 casino 상주 출장샵 is a way to have a gaming experience. You can find the mobile app 남양주 출장샵 on 안산 출장샵 mobile devices with a little 전주 출장마사지 more information,

    ReplyDelete